Keberadaan bendungan ini setidaknya telah memikat masyarakat untuk datang mengunjungi tempat ini. Ini terbukti saban Jum'at dan Minggu pada pagi dan sore hari bendungan yang lebarnya mencapai 2 x 30 meter dan tinggi 3 meter ini sering dikunjungi masyarakat dari pelbagai kalangan: entah anak kecil, pemuda, hingga orang tua. Kedatangan mereka pun dengan menggunakan alat transportasi berbeda-beda; mulai sepeda onthel, sepeda motor hingga mobil.
Ada yang bertujuan untuk melepaskan lelah setelah seminggu beraktivitas, mengajak teman kencannya hingga agenda rutin mingguan bersama keluarga. Begitulah kiranya, tujuan mereka. Boleh dikata, bendung karet ini cukup unik karena bisa mengembang dan mengempis dengan sendirinya. Mengembang saat tekanan air semakin banyak atau saat musim penghujan tiba, semantara itu akan mengempis ketika air berkurang atau kemarau panjang datang.
Oleh masyarakat sekitar namanya kian populer dengan bongpes (bangpis - dalam Bahasa Indonesia). Entah karena apa sebagian masyarakat lebih enjoy tatkala menyebut bongpes daripada bangpis (mengembang dan mengempis). Barangkali inilah keunikan orang Jawa, khususnya Jepara memopulerkan istilah yang kiranya mudah diungkapkan: yakni Bongpes. Dengan keramaian itulah sehingga dimanfaatkan warga untuk berjualan di sekitar area bendungan. Sebagian ada penjual tiban (datang secara tiba-tiba) maupun telah menetap dengan mendirikan bangunan permanen untuk berjualan.
Butuh Perhatian
Bendungan karet yang sering dikunjungi oleh warga Pecangaan, Kalinyamatan, Welahan, Mayong dan sekitarnya ini tentunya butuh perhatian agar semakin berkembang.
Apa sebab? Meski belum dikembangkan area ini sering ramai dikunjungi, apalagi pasca dikembangkan nantinya. Sehingga, dalam hal ini pemerintah kabupaten harus segera mengembangkan potensi yang telah ada. Di kawasan bendungan ini masih terlihat gundul: belum adanya penghijauan, sehingga perlu di reboisasi.
Langkah yang tepat perlunya ditanami pepohonan agar di sekitar wilayah ini semakin rindang dan tidak lagi tandus. Selain itu, jalan masuk menuju tempat ini terlihat rusak parah. Untuk mempermudah laju transportasi maka diperlukan pengaspalan ulang yang akan memperlancar perjalanan. Ditambah, pendirian gazebo-gazebo: sehingga ketika warga berkunjung dapat dimanfaatkan untuk tempat berteduh.
Namun, ada yang membuat penulis tercengang, manakala berkunjung ke bendungan ini sebab sering saya jumpai beberapa orang yang menyetrum (mengambil ikan dengan bantuan aliran listrik) sehingga hal ini secara tidak langsung akan merusak ekosistem ikan yang ada di bendungan. Maka, diperlukan adanya petugas yang memberi peringatan kepada mereka agar tidak mengulanginya kembali.
Kalau pun ingin mengambil ikan, alangkah lebih afdolnya dengan memancing saja. Alternatif Wisata Gratis Welahan Bum, barangkali bisa dijadikan alternatif wisata gratis bagi warga. Gratis dalam arti tidak dikenakan biaya sepeser pun masuk ke kawasan ini. Hal ini tentu perlu dibedakan dengan tempat wisata yang lain seperti: Pantai Bandengan, Kartini dan Benteng Portugis yang menggunakan tiket masuk. Dengan wisata gratis ini diharapkan semakin dikunjungi oleh masyarakat secara luas. Selain itu, tempat ini layak dirujukan tujuan wisata lokal bagi masyarakat pecangaan maupun sekitarnya.
Diperlukan kerjasama berbagai pihak untuk mengembangkan potensi Bendungan Karet Welahan Bum mulai aparat desa, kecamatan maupun pemerintah kabupaten. Selain itu, para event organizer (EO) juga bisa menjadikan tempat ini sebagai arena pertunjukan musik atau pertunjukan yang lain. Nah, potensi Welahan Bum perlu mendapatkan perhatian penuh dari pihak-pihak terkait sehingga bendungan ini makin terkenal tidak hanya di Jepara saja akan tetapi juga di daerah lain. Begitu pula tidak akan ada lagi penyetruman ketika para aparat keamanan turut bertindak tentang perkara yang merugikan ini. Semoga!